Ini kisah saat saya mudik, saya sampai Bandung hari Kamis, dan pergi ke Ciamis Sabtu pagi dengan kereta ekonomi. Alasan saya qurban di Ciamis karena di sana yang qurban relatif sedikit. Beda dengan di Kiaracondong yang hampir tiap RT pasti ada yang qurban. Disana tiap desa belum tentu ada. Minggu pagi saya dan ayah saya langsung pergi ke pasar kambing, sekitar 1 km dari terminal Ciamis. Karena udah mepet, stok kambing udah "sisa-sisa", bikin lamaa milihnya. Cari yang sehat dan bagus. Mana hari hujan, becek, kambing, penjual dan pembeli bernaung ditempat yang sama. Haduuh...saya musti mengeluarkan beberapa jurus untuk menghindari serudukan hewan ini. Setelah beberapa lama, kambing yang kami pilih secara masal diangkut ke pickup untuk diantar ke tempat para pembeli. Pak Iing, orang yang bekerja menggarap lahan ayah saya ikut naik sebagai penunjuk jalan. Saya lihat ada juga beberapa pembeli yang memasukkan kambing kedalam mobil kijangnya, ada yang pake angkot. Hehehehe...Kebayang ga tuh hebohnya nanti di dalam....
Sebelum pulang kami mampir ke toserba Griya untuk belanja bumbu, sayur dan buah2an. Ternyata setelah dirumah pak Iing mengadu pantatnya berkali-kali diseruduk si Mbe. Maisha excited banget, pertama kalinya liat hewan berkaki empat selain kucing. Anak anak kecil berdatangan , senangnya bisa lihat mereka happy.
Esok paginya para tetangga berdatangan membantu, mulai dari memotong,membersihkan, membagikan, dan bantu masak. Ramai-ramai makan bersama diteras rumah. Gile,..hal-hal kayak gini yang aku kangenin. Homy banget.
Pas pembagian, aku pesimis karena kambing yang kami dapat ga terlalu besar. Paling hanya cukup 35 kepala keluarga. Tapi amazingnya dibagi 50 kantung. Biar dikit, semua harus kebagian, gitu kali prinsip mereka.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment