Pertama kali menginjakkan kaki di camp, untuk pegawai baru kami tinggal di dbq, rumah dengan empat kamar, masing2 kamar untuk satu pegawai. Dan bagi yang sudah berkeluarga mendapat fasilitas rumah, hanya sambil menunggu dapat rumah sementara tinggal di dbq. Selama di dbq inilah saya mengenal teman teman yang menjadi cikal bakal sahabat sahabat saya (sayangnya sebagian besar saat ini tidak ada di rumbai. I miss U all). Biasanya kami saling berkunjung, jalan bareng atau pergi ke library yang bisa ditempuh dengan berjalan kaki. Di dekat dbq ada semacam kantin, biasanya pegawai yang udah kelaparan pagi-pagi sarapan disitu. Karena lokasi kantin ini dekat dengan main office.
Untuk pegawai baru saat itu kami belum cukup mampu beli mobil, jadilah kemana-mana pakai taxi, atau kalau ada teman cuti nitipin mobil. Because friendship is number one, kalau mau jalan-jalan dan belanja ke pekanbaru selalu mengajak teman. Begitu juga kalau kebetulan teman dititipin mobil, ngajakin kita. Solidaritas yang manis sekali. Hiks..
Di Bandung karena saya terbiasa jalan kaki dan naik turun angkot, maka saat itu ke comissary, snack bar, fitness pun saya jalan kaki daripada lama nunggu taxi camp. Taxi camp disini ada 2 macam; ICT untuk keluarga pegawai mulai jam 7 pagi sampai jam 8 malam dan IOT kusus untuk pegawai pada jam kerja. Snack bar termasuk favorit saya karena disana tersedia segala junkfood, dengan harga murah. Setiap wiken , biasanya saya ikut sarapan di messhall bersama suami dan teman2. Menikmati sarapan ala bule yang tinggi kalori dan ga ada rasanya.
Ketika pindah rumah, saya merasa cukup kesepian. Saking sepinya di Palem, denger motor lewat satu biji aja kehibur banget. kami sampai hapal jam-jam mobil fire lewat, karena itu hiburannya Akhdan. Kalau udah jam 7.45, terdengar suara mesin mobil langsung saya memanggil,"Akhdaaan, cepet sini, mobil fire lewat!", dan seperti anak dusun dia akan menempelkan muka di kasa2 jendela sampai debu hitam menempel di hidungnya. Kalau dulu mau main tinggal ketok pintu kamar, sekarang harus'usaha' jalan kaki atau naik taxi. Selain itu masing2 mulai disibukkan dengan kegiatan rutin mengurus rumah, anak-anak dan cari pembantu. Maklum karena keluarga muda, rumah 3 kamar cukup besar.
Pembantu disini juga masalah pelik, setelah mendengar berbagai kelakuan aneh bin ajaib dari teman tentang dayang2 disini, sebenarnya saya agak males tapi karena kepepet butuh ya apa boleh buat. Waktu ngelamar kerja juga anehnya mereka yang nanya saya asli dari mana, orang jawa ato minang? Ternyata mereka cari majikan orang Jawa,jarang marah, penyabar dan nrimo. Tapi ujung-ujungnya dayang2 jadi manja. Wah susah deh, apalagi imejnya di camp tu orang kaya semua, fasilitas serba komplit. Maunya gaji gede, kerja dikit, banyak libur. Belum lagi urusan diboongin, cara ngeboongnya kelas teri banget, emang saya bego apa?
Tiga kali ganti pbt sudah bikin saya kapok akhirnya saya ke etek setrika. Urusan rumah ya kerja bakti, ga ditarget tiap hari kudu ngepel lantai. Yang penting happy dan hati plong....
Rumah di camp bener2 rumah idaman banget, ruangannya besar2, terasnya lapang, banyak jendela, halaman rumput luas dan tanpa pagar. Persis seperti rumah2 di luar negeri sono. Apalagi jalan jalan disini enak banget buat jogging, dan menghirup udara segar dari hutan-hutan yang sengaja dibiarkan sebagai pembatas alami. Hanya harus hati-hati kalau jalan sendirian, kudu mengenal daerah2 yang rawan monyet. Bisa2 nanti kita terkepung monyet ditempat sepi. Hiii..
Beberapa tahun kemudian kami pindah rumah ke meranti, pinggir jalan. Asiik, lebih rame daripada di Palem. Suara motor bukan atu-atu lagi, tapi ratusan. Apesnya jemuran bisa terlihat dari jalan besar, so kalau mau jemur pakaian, saya terpaksa kudu pake baju pantes dulu biar kalo ada temen lewat bisa pe-de say hello. Teman saya tau saya sudah melahirkan karena melihat popok2 kain yang dijemur.Juga kalau mau tau saya sudah pulang cuti atau belum bisa dilihat jemurannya sambil lewat. Sebelumnya ada pilihan di Lantana, tapi rumahnya kaya 'castil',lebih tinggi dari jalan, kudu pake tangga. Alah, riweuh amat. Mlosok, kanan kiri belakang rumah kosong, di pojokan ada rumah bule, tapi dia udah ngasi isyarat dengan pohon2 tinggi rapat mengitari rumah.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment